Selasa, 24 Juni 2008
Flexible Fishing Boats! The Good Fish Can't Hide From You Anymore
Now even though these boats are still popular, some fishing enthusiasts are searching for alternatives to this expensive investment, and are now turning to the inflatable fishing boat, also known as the fishing kayak.
Kayak fishing has grown in popularity for individuals that enjoy the peace and tranquility of their favorite fishing spots, which allow them to get away from the traditionally hectic areas that attract the large amounts of fishermen and women. These congested areas such as the large lakes and rivers, bring many sport fishing boats that are bulky, noisy, and in most cases they smell of gas and oil.
With many inflatable boats and catamarans that can easily set-up in minutes, the fisherman can quickly stroll down their newly found winding trails, and hit their secret spots in no time to enjoy the un-chartered territories that supply unlimited fish resources.
The angler has much more on their catch agenda, and as the sport fisherman becomes more in tune with his/her environment, it only makes sense that obtaining a watercraft that is safe and non-polluting to our world is an added bonus.
Many inflatable fishing vessels are lightweight and only require a small electric motor to navigate through the water. This keeps the lakes clean, and offers you the added flexibility to get to your recreational fishing area quickly, so you can take advantage of the surplus of fish available!
Sports Fishing Should Be Fun And Affordable, Not A Second Mortgage!
Unless you're a professional, and you enter many sport fishing tournaments, we believe that most individuals want to enjoy themselves without having to pay thousands of dollars for sports related boats that are only for entertainment.
Online Outfitters have taken the time to cater to this type of boat fishing need! They have designed many inflatable-fishing boats that range from small dinghies to large catamaran boats that can carry many persons and gear. Depending on what you're looking for, these boats are all made with rugged materials, and can be customized with all the top fishing accessories to make your angling experience the most enjoyable on the waters.
If you're really serious about getting your hands on one of these fishing vessels, you can easily go online and search for your desired boat in minutes. Once you have chosen the right one that fits your style and budget, the next step is to get more information, or take advantage of the online inflatable boat supplier's trial period. This offer is very rare in the retail outfitter industry, and if you can find a local company willing to do this, jump on the chance to take one out and give it a try.
What better way to test out the inflatable fishing kayak or catamaran, to see if it achieves all your outdoor requirements! Remember, even though these crafts are not as expensive as the traditional fishing boats, they still are an investment in your future fishing adventures, and will play a large part in your leisure activity for many years to come.
Article Source: http://www.PopularArticles.com/article1726.html
Batam Island
Singapore and 25km from Johor in Malaysia, Batam is Indonesia's equivalent to China's SEZ's (Special Economic Zones) - a place where the nation's economic planners test new economic policies and ideas. The island is an industrial hub with electronics factories, a large and growing ship repair industry and an even larger oil service sector. Quite a few expats head there for work, and pubs and golf courses have sprung up to serve them.
Most tourists, on the other hand, come from nearby Singapore and are mostly interested in illegal casinos. Unless you have a particular interest in these, you're better off going elsewhere, such as Batam's more resort-y neighbor Bintan or the peaceful capital city of the province Tanjung Pinang.
Minggu, 13 April 2008
Zalimnya Pemerintahan Ini.
Sepulang dari pengajian rutin beberapa hari lalu, saya berdiri di tepi
trotoar daerah Klender. Angkot yang ditunggu belum jua lewat, sedang
matahari kian memancar terik. Entah mengapa, kedua mata saya tertarik
utuk memperhatikan seorang bapak tua yang tengah termangu di tepi jalan
dengan sebuah gerobak kecil yang kosong. Bapak itu duduk di trotoar.
Matanya memandang kosong ke arah jalan.
Saya mendekatinya. Kami pun terlibat obrolan ringan. Pak Jumari,
demikian namanya, adalah seorang penjual minyak tanah keliling yang
biasa menjajakan barang dagangannya di daerah Pondok Kopi,
Timur. "Tapi kok gerobaknya kosong Pak, mana kaleng-kaleng minyaknya?"
tanya saya.
Pak Jumari tersenyum kecut. Sambil menghembuskan nafas panjang-panjang
seakan hendak melepas semua beban yang ada di dadanya, lelaki berusia
limapuluh dua tahun ini menggeleng. "Gak ada minyaknya."
Bapak empat anak ini bercerita jika dia tengah bingung. Mei depan,
katanya, pemerintah akan mencabut subsidi harga minyak tanah. "Saya
bingung. saya pasti gak bisa lagi jualan minyak. Saya gak tahu lagi
harus jualan apa. modal gak ada.keterampilan gak punya.." Pak Jumari
bercerita. Kedua matanya menatap kosong memandang jalanan. Tiba-tiba
kedua matanya basah. Dua bulir air segera turun melewati pipinya yang
cekung.
"Maaf /dik/ saya menangis, saya benar-benar bingung. mau makan apa kami
kelak.., " ujarnya lagi. Kedua bahunya terguncang menahan tangis. Saya
tidak mampu untuk menolongnya dan hanya bisa menghibur dengan kata-kata.
Tangan saya mengusap punggungnya. Saya tahu ini tidak mampu mengurangi
beban hidupnya.
Pak Jumari bercerita jika anaknya yang paling besar kabur entah ke mana.
"Dia kabur dari rumah ketika saya sudah tidak kuat lagi bayar sekolahnya
di SMP. Dia mungkin malu. Sampai sekarang saya tidak pernah lagi melihat
dia.. Adiknya juga putus sekolah dan sekarang ngamen di jalan. Sedangkan
dua adiknya lagi ikut ibunya ngamen di kereta. Entah sampai kapan kami
begini ."
Mendengar penuturannya, kedua mata saya ikut basah.
Pak Jumari mengusap kedua matanya dengan handuk kecil lusuh yang
melingkar di leher. "/Dik/, katanya adik wartawan.. tolong bilang kepada
pemerintah kita, kepada bapak-bapak yang duduk di atas
saya dan banyak orang seperti saya ini sungguh-sungguh berat sekarang
ini. Saya dan orang-orang seperti saya ini cuma mau hidup sederhana,
punya rumah kecil, bisa nyekolahin anak, bisa makan tiap hari, itu saja.
" Kedua mata Pak Jumari menatap saya dengan sungguh-sungguh.
"/Dik/, mungkin orang-orang seperti kami ini lebih baik mati... mungkin
kehidupan di
menerawang.
Saya tercekat. Tak mampu berkata apa-apa. Saya tidak sampai hati
menceritakan keadaan sesungguhnya yang dilakukan oleh para pejabat kita,
oleh mereka-mereka yang duduk di atas singgasananya. Saya yakin Pak
Jumari juga sudah tahu dan saya hanya mengangguk.
Mereka, orang-orang seperti Pak Jumari itu telah bekerja siang malam
membanting tulang memeras keringat, bahkan mungkin jika perlu memeras
darah pun mereka mau. Namun kemiskinan tetap melilit kehidupannya.
Mereka sangat rajin bekerja, tetapi mereka tetap melarat.
Kontras sekali dengan para pejabat kita yang seenaknya numpang hidup
mewah dari hasil merampok uang rakyat. Uang rakyat yang disebut
'anggaran negara' digunakan untuk membeli mobil dinas yang mewah,
fasilitas alat komunikasi yang canggih, rumah dinas yang megah, gaji dan
honor yang gede-gedean, uang rapat, uang transport, uang makan,
akomodasi hotel berbintang nan gemerlap, dan segala macam fasilitas gila
lainnya. /Mumpung ada anggaran negara maka sikat sajalah! /
Inilah para perampok berdasi dan bersedan mewah, yang seharusnya bekerja
untuk mensejahterakan rakyatnya namun malah berkhianat mensejahterakan
diri, keluarga, dan kelompoknya sendiri. Inilah para lintah darat yang
menghisap dengan serakah keringat, darah, tulang hingga sum-sum
rakyatnya sendiri. Mereka sama sekali tidak perduli betapa rakyatnya
kian hari kian susah bernafas. Mereka tidak pernah perduli. Betapa
zalimnya pemerintahan kita ini!
Subsidi untuk rakyat kecil mereka hilangkan. Tapi subsidi agar para
pejabat bisa hidup mewah terus saja berlangsung. Ketika rakyat antri
minyak berhari-hari, para pejabat kita enak-enakan keliling dalam mobil
mewah yang dibeli dari uang rakyat, menginap berhari-hari di kasur empuk
hotel berbintang yang dibiayai dari uang rakyat, dan melancong ke luar
negeri berkedok studi banding, juga dari uang rakyat.
Sepanjang jalan, di dalam angkot, hati saya menangis. Bocah-bocah kecil
berbaju lusuh bergantian turun naik angkot mengamen. Di perempatan lampu
merah, beberapa bocah perempuan berkerudung menengadahkan tangan. Di
tepi jalan, poster-poster pilkadal ditempel dengan norak. Perut saya
mual dibuatnya.
Setibanya di rumah, saya peluk dan cium anak saya satu-satunya. "Nak,
ini nasi bungkus yang engkau minta." Dia makan dengan lahap. Saya tatap
dirinya dengan penuh kebahagiaan. /Alhamdulillah/ , saya masih mampu
menghidupi keluarga dengan uang halal hasil keringat sendiri, bukan
numpang hidup dari fasilitas negara, mengutak-atik anggaran negara yang
sesungguhnya uang rakyat, atau bagai lintah yang mengisap kekayaan negara.
Saat malam tiba, wajah Pak Jumari kembali membayang. Saya tidak tahu
apakah malam ini dia tidur dengan perut kenyang atau tidak. Saya berdoa
agar Allah senantiasa menjaga dan menolong orang-orang seperti Pak
Jumari, dan memberi hidayah kepada para pejabat kita yang korup.
Mudah-mudahan mereka bisa kembali ke jalan yang benar. Mudah-mudahan
mereka bisa kembali paham bahwa jabatan adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabk an di mahkamah akhir kelak. Mudah-mudahan mereka
masih punya nurani dan mau melihat ke bawah.
Mudah-mudahan mereka bisa lebih sering naik angkot untuk bisa mencium
keringat anak-anak negeri ini yang harus bekerja hingga malam demi
sesuap nasi, bukan berkeliling
Mudah-mudahan mereka lebih sering menemui para dhuafa, bukan menemui
konglomerat dan pejabat... Mudah-mudahan mereka lebih sering berkeliling
ke wilayah-wilayah kumuh, bukan ke mal...
Amien Ya Allah.
Diambil dari e-mail
Selasa, 08 Januari 2008
Selamat Tahun Baru 1429 H
Tadi nih, waktu saya mau berangkat ke tempat kerja, di sebuah pinggiran jalan saya baca sebuah banner dari Bee advertising yang kurang lebih bunyinya seperti ini "Umat muslim mayoritas kok Tahun Baru Islam biasa aja coy".
Menggelikan memang bannernya, tapi memang kalau dilihat dari suasana sih, lebih meriah pada hari tahun baru Masehi daripada tahun baru Hijriah, bahkan yang pada hari raya Umat Kristiani itu, umat yang lain pun ikut merayakannya, heheheh, nah kalau pas tahun baru Hijriah? gak ada rasanya kali ya....
Mungkin kalau orang melihat dari suasananya memang jauh berbeda, tapi apakah sepi secara lahiriah ini juga menandakan sepi secara batiniah? atau justru sebaliknya, sepinya suasana dikarenakan umat muslim disibukkan oleh hubungannya dengan Tuhan? kalau memang kemungkinan terakhir yang terjadi, maka buat saya pribadi lebih penting sepi di suasana tapi ramai di hati, daripada sebaliknya, ya nggak?
Senin, 07 Januari 2008
Jalan-jalan di Batam
Akhir-akhir ini saya lihat ada yang berubah pada ruas-ruas jalan di sebagian besar lokasi di Batam, yaitu penambahan papan nama ruas jalan pada setiap kira-kira 1 atau 2 kilometer. Papan nama ini berwarna hijau dengan tulisan berwarna kuning, bertuliskan nama jalan dalam huruf latin dan arab melayu, mirip seperti di tempat asal saya, Solo, yang papan namanya bertuliskan huruf latin dan jawa.
Namun sebetulnya posting ini bukan saya tujukan untuk membahas soal papan nama jalan tadi.. :), tapi yang sebenarnya adalah lebih kepada kondisi jalan itu sendiri.
Sebagai contoh nih adalah Jalan S. Parman yang membentang dari pertigaan Panbil Mall menuju ke Tanjung Piayu. Kalau boleh saya bilang nih, kondisinya sangat memprihatinkan mengingat itu adalah jalan utama dan satu-satunya bagi warga Tanjung Piayu dan sekitarnya menuju ke pusat-pusat industri maupun ekonomi. Kalau teman-teman saya yang tinggal di sana nih, kalo pergi ke Tanjung Piayu tuh ada 4 titik rawan yang mesti dilewati dengan ekstra hati-hati buat para pengguna jalan. yang pertama adalah diantara Pintu empat dan Pintu Lima kawasan industri Mukakuning terdapat 2 titik 'rawan' untuk 2 titik rawan ini, saya telah melihatnya sejakk 2 tahun yang lalu, ada sedikit harapan saat terlihat proyek penggalian parit di sisi timur jalan, namun rupanya itu tidak mampu menyelesaikan masalah, terbukti di saat hujan air tetap saja mengalir di badan jalan dan membuat aspal yang terlepas semakin meluas. Setiap saat melintasi 2 titik tersebut, saya selalu menggerutu, betapa tidak di saat hari panas, debunya amatlah banyak hingga menyesakkan dada, sedangkan disaat hari hujan beceknya gak ketulungan, hingga pernah saya baca pada kolom suara pembaca di surat kabar kota Batam, salah seorang pembaca mengajak semua pembaca untuk melihara ikan lele di ruas jalan itu, lol. Ada juga yang ngusulin ditanami pohon pisang saja. Tetapi anehnya hampir tidak pernah ada perhatian dari pemerintah setempat, paling tidak tingkat kecamatan, untuk memperbaikinya. Bukankah Pak Camat Tanjung Piayu selalu melewati ruas jalan itu untuk pergi berkantor setiap harinya?
Hal yang sama juga terjadi di ruas-ruas jalan di Batuaji, Tanjunguncang, dan bahkan di Batuampar. Sampai-sampai bos saya yang orang Jepang pernah tanya sama saya, apakah kami orang indonesia tidak bayar pajak, kenapa kok jalannya banyak sekali lubang? sanya hanya tertawa. juga seorang teman dari UK bilang ini jalan raya atau jalan untuk offroad? saya tidak pernah habis pikir kemanakah pajak-pajak yang kami bayar? kemanakah pajak-pajak yang Investor bayar? yang saya yakin jumlahnya mencapai ratusan juta bahkan mungkin miliaran rupiah per bulannya? padahal bukan cuma tidak enak dari segi pemandangan, tetapi juga sangat berbahaya bagi pengendara pengguna jalan, sudah berapa nyawa hilang akibat lubang-lubang 'liar' di jalan-jalan itu? belum lagi yang terluka. Tetapi apa yang saya lihat? Terkadang waktu, beberapa warga sekitar lubang-lubang tersebut berinisiatif mengurug jalan dengan tanah maupun batu-batu kecil dengan mengharap imbalan dari mobil-mobil yang lewat. Sebuah ironi yang memalukan.
Batam kaya raya tapi siapa yang kaya? bukankah kami juga memiliki Batam? Lalu kenapa kami tidak pernah menikmati kekayaannya?
huh...
UMK Batam Rp. 960 ribu ?
Selamat datang
Blog ini boleh teman-teman blogger pakai untuk apa saja mengenai Batam, mulai dari artikel kota, ngomongin tempat tempat yang enak dikunjungi, makanannya, iklan jual beli, kost-kostan, ataupun cowok-ceweknya, hehehe... have a nice stay.